Jumat, 06 Juli 2012

KEAJAIBAN ZIKRULLAH

Saya memiliki koleksi buku mengenai pelajaran tasauf dan cerita-cerita mengenai sufi pada beberapa abad lalu. Yang paling menarik adalah yang menceritakan mengenai bagian tentang “keajaiban-keajaiban” yang ditunjukkan pada saat menghadapi suatu masalah.
Yang paling populer, adalah mampu berjalan di atas air, mengetahui suatu persoalan secara ghaib, menyembuhkan penyakit hanya dengan berdoa, menempuh perjalanan jauh hanya dengan waktu singkat dlsb.
Kebanyakan teman-teman saya, jika mendiskusikan masalah tersebut di atas selalu bersikap skeptis dengan mengatakan beberapa kalimat sebagaimana berikut:
” Aah..itu pekerjaan Jin” kata salah satu teman saya.
“Oo itu bisa dilakukan sama khodam” ini versi teman saya yang lain. (Cttn: Khodam = Penjaga ayat)
“Itu musrik!” ada juga yang beranggapan begitu.
Bila mendengar hal tersebut di atas saya hanya beristighfar dalam hati. Perdebatan akan menjadi percuma, karena kami sama-sama memiliki ilmu yang berasal dari sumber “KATANYA”.
Katanya ? Ya, katanya ustaz, dan katanya buku. Tapi jangan langsung beranggapan bahwa kita tidak perlu mendengar nasehat dari uztaz dan dari buku. Yang saya inginkan adalah membuktikan sendiri apa yang dikatakan uztaz ataupun yang digambarkan di dalam sebuah buku.
Misalkan, ada ulama sufi yang mendapatkan pelajaran langsung dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam. Sebagaimana yang dikatakan Ibn Arabi pada waktu ditanya oleh seseorang mengenai caranya mendapatkan pengetahuan sedemikian hingga mampu menulis buku-buku filsafat Islam yang sangat terkenal. Beliau hanya menjawab sebagai berikut:
“Bukan saya yang mengarang buku-buku itu, saya hanya sekedar mencatat apa yang didiktekan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam kepada saya”. Langsung pikiran saya tersentak! Jaman dimana Ibn Arabi hidup memiliki selisih beberapa abad dengan masa Rasulullah SAW. Namun beliau “mendapatkan” kesempatan bertemu dengan Rasulullah.
Saya kemudian teringat hadist Nabi yang meriwayatkan pengakuan Iblis yang terkutuk bahwa satu-satunya manusia yang tidak bisa dipalsukan oleh Iblis adalah Rasulullah SAW. Jika Iblis ingin merubah dirinya menyerupai Rasulullah SAW, maka badanya akan langsung tercerai berai menjadi debu.
Cerita yang lain adalah mengenai seorang Ibu dari salah satu ulama besar dimana sang Ibu selalu mencela cara berpakaian anaknya yang cenderung menyerupai orang kaya / mewah. Sang ibu selalu mencela dan tidak mempercayai apa saja yang dikatakan oleh ulama tersebut. Sang ibu ini sebenarnya juga ahli ibadah / zikir yang menghabiskan waktunya hanya untuk berzikir. Anaknya, sang ulama, tidak berani membantah pada Ibunya dan hanya berkata”Ya Ibuku, biarkanlah Rasulullah SAW yang akan menjadi hakim di antara kita”
Hingga suatu hari sang Ibu bermimpi bertemu dan berjalan-jalan di suatu tempat bersama Rasulullah SAW, tidak lama kemudian, sang Ibu melihat suatu istana yang sangat megah, sang Ibu kemudian bertanya
” Milik siapa istana yang sedemikan megah itu ya Rasulullah ?”
“Istana itu milik anakmu, lihatlah kesana”  jawab Rasulullah SAW sambil tersenyum. Pada waktu sang Ibu mendekati istana dimaksud, dia melihat anaknya dengan mengenakan baju yang sama persis dengan baju yang selalu dia cela. Timbul penyesalan yang mendalam dalam hati sang Ibu, dan mencela dirinya sendiri, kenapa dia selalu mencela pakaian anaknya yang ternyata malah mendapatkan ridha dari Rasulullah SAW secara langsung.
Sejak saat itu, sang Ibu tidak pernah lagi mencela dan merestui apa saja yang dilakukan oleh anaknya dalam hal bermasyarakat dan menyebarkan agamanya sebagai seorang ulama.
Dan masih banyak lagi kisah-kisah mengenai ulama-ulama jaman dulu yang menarik untuk dijadikan pelajaran. Bila ada dari pembaca yang bertanya mengenai sumber bacaan, sumber cerita dan dari buku mana, kitab yang mana, pengarangnya siapa ? Penulis menyarankan untuk silahkan mencoba untuk berjuang mencari buku-buku terkait, sebagai bentuk latihan jihad anda di dalam mencari ALLAH yang tidak akan anda temukan semudah anda mencari buku-buku referensi.
Nah setelah segala macam informasi dari berbagai macam buku itu bercampur aduk di dalam alam pikiran, akhirnya timbul suatu kebutuhan dalam diri saya,
“Apakah saya bisa merasakan dan mengalami apa yang diceritakan di dalam buku-buku tersebut meskipun hanya sebagian kecilnya saja ?
Kalau dihitung-hitung proses pencarian suatu metode atau aliran agar saya dapat juga mendapatkan pengalaman sebagaimana di dalam buku membutuhkan waktu 9 tahunan. Beberapa ulama-ulama yang katanya mengajarkan ibadah / zikir khusus saya datangi baik di area Jawa Tengah maupun Jawa Timur. Pernah juga mengikuti suatu aliran Tarikat muktabaroh selama dua tahun lebih. Namun belum juga ada perasaan sebagaimana perasaan yang tiba-tiba merasa jatuh cinta dengan lawan jenisnya. Waktu itu saya berpikir positif saja bahwa mungkin belum rejeki atau jodoh saya.
Hingga suatu ketika, saya bertemu dengan seseorang di luar Pulau Jawa, yang menunjukkan mengenai bagaimana caranya mendekatkan diri kepada Tuhan. Akhirnya saya mengikuti ajaran-ajaran tersebut yang pada intinya mengajarkan untuk berzikir dan ber-uzlah dari dunia. Yang mengherankan adalah bahwa zikir yang diajarkan cenderung sederhana, bukan doa-doa yang panjang. Misalkan doa dari Alquran, doa Sapujagad, zikir Ya Allah, shalawat Nariyah dan Munjiat, zikir Bismillah, zikir Asmaul Husna dll
Secara tekstual, zikir-zikir tersebut di atas dapat anda temukan dengan mudah di buku-buku doa yang banyak dijual ditoko buku. Namun, rasa yang ditimbulkan pada saat membaca zikir tersebut menjadi berbeda. Sangat berbeda. Sungguh aneh !
Misalkan: zikir ayat kursi. (Baca tulisan saya mengenai Zikir Ayat Kursi)
Saya berzikir ayat kursi hingga mendapatkan pemahaman mengenai bagaimana ayat kursi tersebut berubah menjadi tulisan panjang sebagaimana membentuk tulisan di atas suatu pita kemudian membungkus badan saya sebagaimana perban yang membungkus mummi di mesir.
Pernah juga suatu waktu kami zikir di suatu masjid yang ada di atas sebuah bukit. Waktu itu kami sedang “berperang” dengan Leak Bali yang mengganggu salah satu teman jemaah kami. Sedang asyik-asyiknya berzikir, tiba-tiba teman kami kemasukan, secara “otomatis” badan saya berbalik sendiri, dan langsung berdiri dengan perasaan marah (perasaan marah ini muncul sendiri) sambil beristighfar dan membaca ayat kursi berganti-ganti. Setelah beberapa lama akhirnya, teman saya itu kembali tenang dan Alhamdulillah sejak itu tidak pernah ada gangguan lagi.
Cerita lain adalah mengenai awan. Bila anda tinggal di Jakarta, sekitar Jl Sudirman, maka langit akan tertutup awan setap harinya. Biasanya kita lihat ini sebagai awan polusi. Nah bila anda tinggal di daerah, maka anda perlu berhati-hati jika di atas rumah anda tertutup awan, apalagi awan warna orange.
Anda boleh saja menganggap bahwa warna orange berasal dari pantulan planet Mars ataupun gejala alam lain yang tidak ada hubungannya dengan masalah ghaib. Namun pengalaman saya berkata lain.
Kami pernah diberitahu oleh salah seorang senior, jika melihat awan warna orange, hati-hatilah, karena itulah pertanda adanya ilmu hitam / sihir / guna-guna!
Kebetulan saya pernah tinggal di suatu daerah yang mana dukun dan ilmu hitam merupakan hal yang lazim. Na’udzubillah min dzalik.
Pertama saya alami hal tersebut, perasaan saya santai menghadapinya, dan sekedar coba-coba berdzikir sekedar untuk memohon perlindungan kepada Allahu Ta’ala. Tidak sampai setengah jam saya berdzikir, langit di atas rumah kami bersih dari awan orange tersebut. Cukup takjub juga waktu itu melihat “pembuktian” kebesaran Allah.
Di hari-hari yang lain, bila ada lagi awan warna gelap / hitam bercampur orange, saya berdoa lagi. Kadang butuh waktu beberapa menit kadang setengah jam dan kadang pula 1 jam lebih. Alhamdulillah awan warna orange dimaksud hilang.
Setelah saya perhatikan, setiap awan warna hitam/orange tersebut ada di atas rumah kami, anak-anak kami biasanya gelisah, dan kondisi rumah sepertinya ruwet atau sempit dan hawa di dalam rumah biasanya sangat gerah, namun jika tidak ada awan orange, maka keadaan normal-normal saja.
Setelah beberapa kali kejadian tersebut berulang-ulang, akhirnya saya memutuskan untuk melakukan dzikir agak lama. Alhamdulillah, selain awannya hilang, muncul pula beberapa bintang dilangit. Bila suatu waktu saya sedang zikir hingga lebih dari 2 jam di waktu malam, seringkali bintang-bintang dilangit sepertinya berkumpul / bergerombol di atas rumah kami. Angin malam biasanya akan bertiup sejuk.
Kejadian munculnya banyak bintang di atas langit setelah selesai berdzikir ini bisa dikatakan selalu terjadi. Hal ini membuat saya termenung.
Apakah kata Alqur an dan Sunnah Nabi mengenai hal ini ? Saya tidak mau apa yang saya alami ini tidak di sebutkan oleh Al Quran ataupun Sunnah. Butuh waktu berbulan-bulan tafakur untuk mendapatkan jawabannya. Beberapa buku hadist saya bolak-balik berkali-kali namun juga tidak mendapatkan petunjuk.
Akhirnya setelah kira-kira 2 tahunan, suatu malam saya sepertinya “di pahamkan” bahwa kemunculan bintang-bintang dilangit setelah dzikir malam, merupakan “sebagian kecil” dari apa yang dialami oleh Nabi Ibrahim pada waktu proses “mencari” Tuhan.
Besoknya saya tafakur seperti biasa, tiba-tiba ada semacam “bisikan” melintas di dalam hati untuk membuka QS Al An’aam ayat 77.  Ternyata penjelasan Alquran saya dapati pada ayat 75 – 79 mengenai kisah Nabi Ibrahim tersebut. Tiba-tiba rasa haru yang mendalam muncul di perasaan saya hingga bercucuran air mata. Sambil bersujud saya panjatkan takbir hingga sepuas-puasnya.
Allahu alam bissawab. Allahu Akbar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar